Formulir Kontak

 

Makalah Akhlak Kepada Orang Tua

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasulullah ` adalah perantara hidayah dari Allah SWT, yang dimana hidayah tersebut disampaikan kepada umatnya, sehingga umatnya dapat melaksanakan tugasnya dimuka bumi ini sebagai khalifah, serta menegakkan kalimat tauhid.

Sama halnya dengan kedua orang tua, mereka merupakan perantara yang Alloh ciptakan untuk melahirkan kita di dunia ini, dengan demikian sangatlah tingginya derajat orang tua di sisi anak-anaknya. Maka dari itu merupakan suatu perbuatan zalim apa bila kita tidak menghargai, menghormati serta tidak berbuat baik kepadanya.

Berbakti, mematuhi, dan merawat kedua orang tua, menjamin hak-hak mereka, memenuhi kebutuhan mereka adalah pusat kekuatan energi kehidupan yang menghidupkan. Al-Qur’an dan sunnah menegaskan ini sebagai kewajiban. Hal ini menjelaskan betapa besarnya perhatian Islam terhadap kedua orang tua termasuk juga sanak kerabat, yang telah banyak berperan dalam memelihara hidup kita.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian akhlak.
b. Bagaimana seharusnya akhlak kita kepada kedua orang tua.
c. Apa saja ayat Al-Qur’an dan hadits nabi yang menyangkut tentang akhlak kepada kedua orang tua.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui akhlak kepada orang tua menurut Al-Qur’an dan hadits, serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan kita sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang berarti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.

Dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.”

Menurut Ibnu Maskawih, “Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu.”
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, “Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan dan ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan.”

Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia dan dari gambaran tersebut menumbuhkan tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.

Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati manusia”.
Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sebagaimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rusak akarnya maka akan rusaklah pokok dan cabangnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Artinya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al- A’raf: 58)

Akhlak yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain: “Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4)

B. Ketentua Akhlak  Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak)
1. Ketentuan Akhlak Terhadap Orang Tua Yang Masih Hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian sebaliknya.

Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.

Orang tua tidak mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka setelah mereka meninggal dunia.
Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bukan saja saat keduanya masih hidup, tetapi kebaktian anak itu harus lanjut sampai kedua orang tuanya meninggal.

2. Ketentuan Akhlak Terhadap Orang Tua Yang Sudah Meninggal
Orang tua yang sudah meninggal dunia tidak lagi dapat menerima apa-apa, selain apa yang mereka lakukan selama di dunia kecuali jika mereka memiliki tiga hal yang mensubsidi bekal berupa pahala untuk mereka di akhirat sebagai tambahan dari mereka bawa dari dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkan, dan anak yang saleh yang mendo’akannya.

Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.

Kita sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai mereka wafat.

C. Akhlak Kepada Orang Tua Menurut Al-Qur’an dan Hadits
a. Al-Qur’an
1. Surat An-Nisaa’ ayat 36:
Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

2. Surat Luqman ayat 15:
Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”

3. Surat Al-Ahqaaf ayat 15:
Artinya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri".”

b. Hadits
1. Dari Abdullah bin Amr r.a.
حديثُ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما، قَالَ: جاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الجِهَادِ. فَقَالَ: «أَحَيُّ وَالِدَاكَ؟» قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: «فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ».
Artinya: Abdullah bin Amr r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi saw. minta izin untuk berjihad. Maka ditanya oleh Nabi saw.: Apakah kedua ayah bundamu masih hidup? Jawabnya: Ya. Sabda Nabi saw.: Di dalam melayani keduanya itulah anda berjihad. (HR. Bukhari, Muslim).

2. Dari Abdullah bin Mas’ud. r.a.
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ عَيْزَارٍ أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ أَخْبَرَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata; Al Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku dia berkata; saya mendengar Abu 'Amru Asy Syaibani berkata; telah mengabarkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah dia berkata; saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda: "Shalat tepat pada waktunya." Dia bertanya lagi; "Kemudian apa?" beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua." Dia bertanya; "Kemudian apa lagi?" beliau menjawab: "Berjuang di jalan Allah." Abu 'Amru berkata; "Dia (Abdullah) telah menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku." (HR. Bukhari)

3. Dari Abu Hurairah r.a.

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله! مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ «ثُمَّ أَبُوكَ».
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang berhak aku layani? Jawab Nabi saw.: Ibumu. Ditanya; Kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.: Ibumu. Ditanya: Kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.: Ibumu. Ditanya, kemudian siapakah? Jawab Nabi saw.: Ayahmu. (Bukhari, Muslim).

Sebenarnya masih banyak lagi, baik ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi yang berbicara tentang akhlak kepada kedua orang tua, namun karena keterbatasan halaman makalah ini menyebabkan kami tidak dapat menampilkan semuanya. Meskipun demikian, dari ayat maupun hadits di atas rasanya sudah cukup bagi kita untuk dapat menyimpulkan bahwa akhlak baik kepada orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT maupun Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari segi bahasa Akhlaq berasal daripada kata ‘khulq’ yang bererti perilaku, perangai atau tabiat. Hal ini terkandung dalam perkataan Sayyidah Aisyah berkaitan dengan akhlak Rasulullah saw yaitu : “Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran.” Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah saw yang semuanya merupakan pelaksanaan dari ajaran al-Quran.

Kewajiban kita untuk menunjukan akhlak atau bakti kepada kedua orang tua tidak hanya ketika mereka masih hidup saja, tetapi juga ketia mereka sudah meninggalpun dengan cara selalu mengirimkan do’a serta berbuat baik kepada saudara-saudari dan juga teman-teman mereka.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi yang menjelaskan tentang akhlak kepada orang tua, hal ini menunjukkan bahwa akhlak kepada orang tua merupakan sesuatu yang sangat penting menurut Islam, bukankah ridho Allah itu tergantung ridho orang tua ?

B. Saran 
Setelah membaca uraian di atas, kami menyarankan kepada diri kami sendiri khususnya dan juga rekan-rekan semuanya untuk selalu berbakti kepada orang tua yang telah melahirkan kita. Agar kita memperoleh ridhonya yang bermuara pada ridho Allah.





Total comment

Author

Muhajir Abu Bakar

0   komentar

Cancel Reply